“SAY NO TO INSECURE!!”


Ditulis oleh Oleh Nur Kistin Kamalia, S. Psi, Guru SMP Insan Terpadu Paiton

Coba perhatikan gambar berikut!


Tahukah kalian siapa nama artis di atas? Ya benar, mereka adalah Ucok Baba dan Adul. Mereka adalah artis kenamaan Indonesia yang wajahnya selalu tampil di layar TV dan menghibur seluruh masyarakat Indonesia dengan aksi-aksi konyolnya. 

Tidak semua manusia di dunia ini terlahir sempurna. Meskipun begitu mereka tetap memiliki kesempatan yang sama dengan orang lain. Seperti dua seleb di atas, meski terlahir berbeda nyatanya mereka tetap sukses dalam karirnya. Bagi seleb ini, bertubuh “mungil” bukanlah penghalang. Justru, hal tersebut mereka jadikan kelebihan dan bisa membawa mereka sesukses saat ini.

Bagaimana dengan kalian? Dengan segala kelebihan dan kesempurnaan yang kalian miliki, masihkah ada alasan untuk tidak percaya diri?? Mulai sekarang, Say No to Insecure, ya!!

1. Konsep Dasar Kepercayaan Diri

Lauster (dalam Salama, 2014) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin terhadap kemampuan diri sendiri dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi, serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya. 

Triyono & Mastur (2016) menyebutkan bahwa kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan diirnya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berrati bahwa individu tersebut bisa melakukan segala sesuatu secara sendiri, tapi lebih merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu, dan percaya diri bahwa dia bisa-karena didukung oleh pengalaman, potensi actual. prestasi, serta harapan yang realistic terhadap diri sendiri.

 Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap positif terhadap diri sendiri, yang ditunjukkan dengan penilaian positif dan keyakinan atas kemampuan diri yang dimiliki, sehingga individu tersebut dapat mengembangkan potensi yang dimiliki dengan secara maksimal, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, dan berani mengungkapkan pendapat tanpa rasa takut dan cemas.

Proses Pembentukan rasa percaya diri

Rasa percaya diri tidak muncul begitu saja dalam diri seseorang. Ada proses tertentu dalam diri sehingga terjadilah proses pembentukan rasa percaya diri. Secara garis besar, Triyono dan Mastur (2016) menjelaskan terbentuknya rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses berikut :

a) Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.

b) Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa melakukan segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan tersebut

c) Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimiliki agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau kesulitan menyesuaikan diri

d) Pengalaman dalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.


2. Faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri 

Loekmono (dalam Salama, 2014) mengemukakan bahwa kepercayaan diri tida terbentuk dengan sendirirnya. Ada beberapa hal yang mempengaruhi kepercayaan diri, antara lain:

Faktor Internal

a) Konsep diri

Terbentuknya percaya diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok

b) Harga diri

Harga diri secara sederhana dapat diartikan sebagai penilaian terhdap diri sendiri. Individu yang memiliki harga diri tinggi akan akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah menjalin hubungan dengan individu lain. Sedangkan individu yang memiliki rasa percaya diri yang rendah cenderung bergantung pada orang lain dan lingkungan. Mereka memili hambatan dalam menjalin hubungan sosial dan pesimis

c) Kondisi fisik

Anthony (dalam Salama, 2014) mengatakan bahwa penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya percaya diri dan harga diri seseorang

d) Pengalaman hidup

Lauster (dalam Salama, 2014) mengatakan bahwa pengalaman yang mengecewakan paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri.


Faktor Eksternal

a) Pendidikan

Anthony (dalam Salama, 2014) mengungkapkan bahwa pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa di bawah kekuasaan orang yang lebih pandai. Sebaliknya, individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri, dan tidak perlu bergantung pada individu lain. 

b) Pekerjaan

Bekerja dapat mengemabngkan kreativitas dan kemandirian serta rasa percaya diri

c) Lingkungan

Dukungan yang baik dari lingkungan akan memberi rasa aman dan nyaman sehingga dapat memeunculkan kepercayaan diri


3. Karakteristik Individu yang memiliki rasa percaya diri

Beberapa ciri individu yang memili rasa percaya diri menurut Tim BK 2013 adalah sebagai berikut:

a) Percaya akan kompetensi/kemampuan diri sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat dari orang lain

b) Tidak terdorong untuk bersikap konfromis demi diterima orang lain, kelompok, atau lingkungan

c) Berani menerima dan menghadapi penolakan dari orang lain (berani menjadi diri sendiri)

d) Memiliki pengendalian diri yang baik

e) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan/kegagalan sebagai hasil dari usaha yang dilakukan serta tidak mudah menyerah pada nasib)

f) Memiliki cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan situasi di luar dirinya

g) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan tersebut tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.


Karakteristik Individu yang kurang percaya diri

a) Cenderung menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan penerimaan dan pengakuan dari kelompok atau lingkungan

b) Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan

c) Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri, namun di sisi lain ia memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri.

d) Pesimis, mudah memandang sesuatu dari sisi negatif

e) Takut gagal sehingga menghindari resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil

f) Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue terhadap diri sendiri)

g) Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir karena menilai dirinya tidak mampu

h) Memiliki external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat bergantung pada keadaan) 


4. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka harus dimulai dari dalam diri individu itu sendiri. Hal ini sangat penting mengingat hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Beberapa kiat dan saran untuk menjadi pertimbangan jika sedang mengalami krisis kepercayaan diri menurut Triyono dan Mastur (2016) adalah sebagai berikut: 

a) Evaluasi diri secara obyektif

Belajarlah menilai diri sendiri secara obyektif dan jujur. Susunlah daftar “kekayaan/potensi” diri seperti prestasi yang pernah diraih, sifat-sifat positif, potensi diri, baik yang sudah teraktualisasi atau belum, keahlian yang dimiliki, serta kesempatan ataupun sarana pendukung kemajuan diri

b) Beri penghargaan yang jujur terhadap diri sendiri

Sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang dimiliki. Ingatlah itu semua didapat dari proses belajar, berevolusi, dan transformasi diri sejak dahulu hingga kini

c) Positive Thinking

Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran tersebut akan terus berakar. Berhati-hatilah agar masa depan kalian tidak rusak karena keputusan keliru yang dihasilkan oleh pikiran keliru. 

d) Gunakan self-affirmation

Untuk memerangi pikiran negatif gunakan self-affirmation yaitu berupa kata-kata yang bisa membangkitkan rasa percaya diri, contoh “Saya Pasti Bisa!”

e) Berani mengambil resiko

Berdasarkan pemahaman diri yang obyektif, kita bisa memperkirakan resiko dari setiap tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, kita tidak perlu menghindari setiap resiko, melainkan lebih menggunakan startegi-strategi untuk menghindari, mencegah, ataupun mengatasi resiko.

f) Belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan

Ada pepatah mengatakan bahwa orang yang paling menderita adalah orang yang tidak bisa bersyukur pada Tuhan atas apa yang telah diterimanya dalam hidup

g) Menetapkan tujuan yang realistik

Kita perlu mengevaluasi tujuan yang telah ditetapkan selama ini, dalam arti apakah tujuan tersebut sudah realistis atau tidak. Dengan menetapkan tujuan yang lebih realistik maka akan memudahkan kita dalam mencapai tujuan tersebut.