Dikarang Oleh Nur Kistin Kamalia, S. Psi., Guru SMP Insan Terpadu
Sejenak ku termangu tak percaya
melihat realita tetiba terseret nan dipaksa
saat dunia terguncang tanpa karsa
oleh sebuah makhluk tak kasat mata
Sontak seluruh bangsa tertegun sembari putus harapan
Hari-hari terasa melambat penuh kecemasan
Tak terkecuali dunia pendidikan
Tanpa rekayasa, belajar pun terpaksa dirumahkan
Waktu seakan terpanting oleh peradaban baru berkecepatan tinggi
Kami pun terpaku dalam keraguan diri yang menyeruak hati
Kini kami harus melangkah cepat dan melenggangkan kaki
memasuki romantika canggihnya teknologi yang selama ini kami anggap hanya fiksi
Bukankah baru kemarin kami penganut fanatik paradigma lama
Yang meyakini porak porandanya generasi akibat semiotika dunia maya
Yang lebih menyukai drama klasik pembelajaran tanpa makna
dan dengan bangga melarang mereka menjelajahi savana yang diyakini fana
Lantas, bekal apa yang bisa kami andalkan?
Menu apa yang akan kami hidangkan?
pendekatan apa yang perlu kami sajikan?
Serta, skenario belajar apa yang harus kami bentangkan?
Seketika rasa malu menghantam
ketika harus ku akui semua tak kupersiapkan
semburat asa terasa mustahil tuk ku raihkan
Inginkan waktu ini bisa ku hentikan
Padahal aku harus menyaksikan rona gembira di wajah mereka
sebagai bentuk tanggung jawabku menyiapkan generasi merdeka
Yang mampu mengahrumkan nama bangsa dengan karya
Bukan justru membunuh keingintahuan mereka dengan stereotip lama yang berbahaya
Yang kita inginkan pembelajaran tanpa terbatasi waktu dan ruang
Namun paradigma lama tak bisa kita buang
Yang kita impikan bangsa besar dengan pendidikan
Tapi kita masih enggan beradaptasi dengan perubahan
Atau jangan-jangan kita masih tertidur pulas dengan mimpi kita?
Dan harus rela semua hanya dalam angan belaka?
(Paiton, 7 Mei 2020, 22:40 WIB)